Chapter 8 — Echoes of the Past
Di dalam reruntuhan kota yang telah lama terlupakan, Ziza dan Riven berlari melewati kegelapan, langkah kaki mereka dihantui oleh bayangan penjaga Guardians yang mendekat. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke pusat data yang tersembunyi dalam lapisan bumi, sebuah tempat yang penuh dengan Data Fragments—kunci untuk menghancurkan Nexus. Namun, mereka tahu bahwa untuk mencapainya, mereka harus melewati rintangan yang lebih mematikan dari sekadar makhluk penjaga.
"Ini bukan tempat untuk orang hidup," Riven berbisik, matanya yang tajam menembus kegelapan. "Hati-hati. Semua yang ada di sini—makhluk, ruangan, bahkan udara—terhubung langsung dengan Nexus. Mereka bukan hanya penjaga, mereka adalah bagian dari sistem itu sendiri."
Ziza mengangguk, namun tidak sepenuhnya yakin. Setiap kali ia menggunakan kekuatan glitch-nya, ia bisa merasakan sesuatu yang lebih besar, lebih menakutkan, yang mengintai di dalam dirinya. Seperti ada sesuatu yang mengawasi setiap gerakannya, menghitung setiap detik yang ia habiskan dalam sistem ini.
"Kita harus ke pusat kota. Data Fragments pertama seharusnya ada di sana," kata Ziza, suaranya tegas meskipun ada kekhawatiran yang menggelayuti hatinya.
Riven mengikuti langkahnya, matanya tak pernah lepas dari sekeliling mereka. Mereka tiba di pintu besar yang mengarah ke ruang utama—ruang yang dipenuhi oleh gelombang energi yang sangat kuat. Di tengah ruang itu, sebuah obelisk besar berdiri, diselimuti oleh cahaya biru yang menyilaukan.
"Ini dia..." Ziza berbisik, matanya tertuju pada obelisk. "Pusat dari segalanya. Di sanalah Data Fragment itu tersembunyi."
Namun, saat mereka mendekat, sebuah suara keras menggema di seluruh ruangan.
"Kalian tidak seharusnya ada di sini."
Tiba-tiba, sosok besar muncul dari bayang-bayang—seorang Guardian, namun dengan wujud yang lebih mengerikan daripada yang pernah mereka lihat sebelumnya. Wajahnya tertutup helm, tubuhnya dilapisi oleh lapisan besi yang berkilau, dan di tangannya ada pedang energi yang bisa memotong melalui apapun.
"Aku adalah penjaga dari Fragmen ini. Kalian bukan siapa-siapa untuk menantang Nexus," kata Guardian itu, suaranya berat dan menggetarkan. "Kalian adalah pengkhianat."
Ziza merasakan gelombang emosi yang bercampur aduk. Kemarahan, rasa sakit, dan kebingungannya menciptakan dorongan yang tak terhindarkan. "Aku bukan pengkhianat. Aku hanya ingin menghancurkan Nexus!"
Dengan cepat, Ziza mengaktifkan pedang glitch-nya dan berlari ke arah Guardian. Riven bergerak di sampingnya, mengeluarkan serangan bertubi-tubi yang mencoba mengalihkan perhatian musuh mereka.
Namun, Guardian itu terlalu kuat. Setiap serangan yang mereka lancarkan terhalang dengan mudah oleh perisai energi yang terpancar dari tubuhnya. Dalam satu serangan balik, Guardian itu memukul Ziza, membuat tubuhnya terlempar jauh ke dinding ruangan.
"Kalian tidak mengerti apa yang sedang kalian hadapi," kata Guardian itu, mendekatkan pedangnya ke tubuh Ziza yang terjatuh. "Nexus bukanlah musuh yang bisa dihancurkan dengan kemarahan saja."
Ziza menggertakkan giginya. Meskipun rasa sakit menjalar di tubuhnya, ia tidak akan menyerah begitu saja. Dengan kekuatan glitch yang semakin kuat, ia memusatkan energi di dalam dirinya.
"Aku akan membuktikan bahwa Nexus bisa dihancurkan!" Ziza berteriak, mengumpulkan semua kekuatannya. Tubuhnya mulai bersinar dengan cahaya biru yang semakin terang, melepaskan gelombang energi yang melawan kekuatan Guardian.
Tapi, justru saat itulah, suara asing kembali terdengar di pikirannya. Suara yang sudah lama ia coba abaikan.
"Ziza... Jangan."
Itu adalah suara Mirai. "Kau masih belum siap. Nexus lebih dari sekadar musuh. Mereka adalah kunci dari segala yang ada."
Ziza terkejut, seolah terbangun dari mimpi buruk. Dalam sekejap, cahaya glitch yang mengelilinginya redup. Guardian itu masih berdiri di hadapannya, tidak terpengaruh oleh serangan terakhirnya.
"Kenapa... kenapa kamu...?" Ziza tergagap, kebingungannya semakin dalam.
"Karena kau masih memikirkan balas dendam, Ziza. Ketika semuanya hancur, yang tersisa hanya kebenaran."
Sebelum Ziza bisa merespons, Guardian itu menyerang dengan pedangnya. Namun, kali ini Riven bergerak cepat, menahan serangan itu dengan kekuatan glitch miliknya yang lebih kuat dari sebelumnya.
"Kita harus pergi. Kita harus temukan Data Fragment sebelum semuanya terlambat." Riven menarik Ziza dan membawa tubuhnya menjauh dari pertarungan.
"Tapi, aku—" Ziza terhenti. Suara Mirai masih bergema di kepalanya. Apa yang ia kejar selama ini? Apakah itu benar-benar untuk menghancurkan Nexus, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang harus ia temui?
Riven memimpin Ziza keluar dari ruangan itu, tetapi bayangan masa lalu Ziza terus mengikuti mereka.
"Kita harus pergi sekarang, Ziza. Itu satu-satunya pilihan kita."
Mereka berlari menuju pintu keluar, tetapi Ziza tahu bahwa ia tidak akan bisa melarikan diri dari pertanyaan yang ada di dalam dirinya. Apa yang akan ia lakukan ketika semua ini berakhir?
---
Petualangan mereka masih jauh dari selesai, dan kebenaran yang mereka cari semakin mengarah pada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar penghancuran Nexus.