Cherreads

Chapter 10 - Bab 10: Pembalasan yang Tak Terduga

Bab 10: Pembalasan yang Tak Terduga

Milim melangkah keluar dari supermarket dengan kantong belanjaan di tangannya. Suasana malam itu tenang, hanya ada suara langkah kaki dan angin sepoi-sepoi. Dia tidak tahu bahwa di balik sudut jalan, Brian dan gengnya mengintai.

Brian, yang sudah lama merasa terhina oleh Milim, memutuskan untuk menghadapi gadis itu. Dengan langkah penuh percaya diri, dia mendekati Milim yang sedang berjalan sendirian. Tanpa banyak basa-basi, dia langsung menyapanya.

Brian: "Hei, Milim. Ternyata kamu di sini. Menyenangkan melihatmu sendirian, tanpa ada teman-teman penjaga."

Milim berhenti berjalan sejenak, mengenali suara itu, dan menoleh ke arah Brian. Wajahnya tetap tenang, meski ada sedikit rasa tidak nyaman yang muncul.

Milim: "Brian, ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?"

Brian: "Kamu benar-benar berani, ya? Setelah semuanya, masih berani berjalan di sekitar sini seperti tidak ada apa-apa."

Milim: "Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Brian. Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja."

Brian bisa melihat sikap tenang Milim, dan itu membuatnya sedikit kesal. Dia merasa seperti tidak dihormati.

Brian: "Kamu pikir kamu lebih dari orang lain, ya? Dengan gaya hidupmu, dengan orang-orang di sekitarmu. Tapi aku tidak akan membiarkanmu melangkah begitu saja."

Milim: (tersenyum tipis) "Aku tidak tahu kamu merasa seperti itu. Aku hanya hidup dengan cara yang aku pilih. Tapi kalau kamu merasa terancam, itu bukan urusanku."

Milim bisa merasakan ketegangan di udara. Brian semakin tidak sabar, langkahnya semakin mendekat.

Brian: "Jangan terlalu banyak bicara, Milim. Kamu akan lebih menghargai tempatmu setelah aku ajarkan beberapa hal."

Milim: (dengan nada tenang namun tegas) "Brian, aku tidak ingin berurusan dengan masalahmu. Tapi jika kamu merasa perlu menunjukkannya, aku tidak akan mundur."

Milim berdiri tegak, tidak menunjukkan rasa takut meskipun ia tahu situasi ini bisa berbahaya. Namun, saat Brian akan bergerak lebih dekat, tiba-tiba langkah kaki berat terdengar dari belakang mereka. Arvid muncul, melangkah dengan tegas, matanya memandang ke arah Brian dengan sikap penuh kewaspadaan.

Arvid: "Ada masalah di sini, Brian?"

Brian terkejut melihat Arvid muncul begitu saja. Dia mengangkat alis, menyadari bahwa situasinya berubah. Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Arvid sudah siap menghadapi situasi ini.

---

Malam itu semakin tegang. Milim terisak, wajahnya dipenuhi air mata, sementara Arvid dipukuli oleh geng Brian. Setiap pukulan yang mendarat di tubuh Arvid membuat hati Milim semakin sakit. Ia memohon dengan suara serak agar kekerasan itu berhenti, tetapi geng Brian terus tertawa, semakin memperburuk keadaan.

Milim: (terisak) "Tolong... hentikan... jangan pukul dia!"

Brian berdiri di belakang, menyaksikan kekerasan itu dengan tatapan penuh kebencian, namun hatinya mulai dipenuhi perasaan yang lebih rumit. Ia sudah lama mencintai Milim, tetapi saat ini, cemburu yang begitu dalam menguasai dirinya. Melihat perhatian yang Milim berikan pada Arvid membuatnya marah, merasa seolah-olah posisinya terancam. Cemburu itu semakin membara, membuat setiap bagian dari dirinya ingin mengalahkan Arvid dan memegang kendali atas Milim.

Brian: (dengan nada dingin) "Kenapa kamu peduli begitu banyak pada dia, Milim? Apa dia lebih penting dari aku?"

Milim tidak bisa menjawab, hanya bisa menangis, hatinya cemas dan takut akan apa yang terjadi pada Arvid. Namun, tatapan Brian yang penuh kebencian tidak terlepas darinya. Brian, yang seharusnya merasa puas melihat Milim terjatuh dalam kepedihan, justru merasakan emosi yang bercampur aduk. Ia mencintai Milim, tapi rasa cemburunya membuatnya semakin brutal.

Brian: (dengan suara keras) "Kamu pikir dia lebih baik dariku, ya? Apa dia yang pantas mendapatkan perhatianmu?"

Suara Brian menggema dalam keheningan malam, tetapi Milim hanya bisa terisak, merasa tidak berdaya. Dia terus memohon agar mereka berhenti, namun tidak ada yang mendengarnya.

Namun, saat keadaan semakin memanas dan geng Brian mulai mengejek Milim, situasi berubah. Di tengah keributan, Arvid, meskipun dalam keadaan terluka, diam-diam mengeluarkan ponselnya dan memanggil polisi. Ia tahu bahwa ini sudah melampaui batas, dan ia tidak bisa membiarkan Milim terus terancam oleh kekerasan ini. Sembari bergelut dengan rasa sakit, Arvid tetap fokus untuk membuat langkah selanjutnya.

Sekitar beberapa menit kemudian, suara sirene polisi terdengar di kejauhan, dan geng Brian berhenti sejenak, terkejut mendengar kedatangan pihak berwajib. Mereka mengalihkan perhatian mereka, dan Brian, yang merasa situasinya semakin sulit dikendalikan, tampak bingung.

Brian: (dengan tatapan marah) "Apa-apaan ini? Polisi?!"

Geng Brian mulai berlarian, namun Brian tetap berdiri di tempat, masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari Milim. Perasaan cemburu dan kemarahan yang terpendam tidak bisa dia kendalikan. Di tengah ketegangan, polisi akhirnya tiba di lokasi, dan para petugas segera menghentikan geng Brian yang mencoba melarikan diri.

Polisi: "Kalian semua, berhenti! Berdiri di tempat, jangan coba-coba lari!"

Brian menggeram, merasa dipermalukan oleh kedatangan polisi, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Para petugas segera menangkap geng Brian satu per satu, sementara Milim masih terisak, cemas melihat Arvid yang terluka. Polisi segera menghampiri mereka, mencoba menenangkan situasi.

Polisi: "Tolong tenang, kami di sini untuk membantu. Kami akan membawa kalian ke tempat yang aman."

Milim, yang terisak karena merasa bersalah, melihat Arvid dengan penuh kekhawatiran. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan lega karena akhirnya situasi ini terkendali berkat kehadiran polisi.

Arvid: (dengan suara lemah) "Milim... aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

Milim mencoba menahan air matanya, merasakan kelegaan meskipun masih merasa takut dengan apa yang baru saja terjadi. Sementara itu, Brian hanya berdiri diam, hatinya bergejolak. Meskipun gengnya berhasil ditangkap, rasa cemburu yang menyala-nyala membuatnya merasa bahwa semuanya belum selesai.

Brian: (dalam hati, penuh dendam) "Kamu... tidak akan bisa pergi begitu saja, Milim. Aku tidak akan menyerah."

Geng Brian akhirnya dibawa oleh polisi, dan Milim serta Arvid bisa sedikit bernapas lega. Namun, meskipun polisi sudah datang, rasa cemburu dan perasaan yang membingungkan terus mengganggu Brian. Ia tahu bahwa meskipun situasi ini berakhir, perasaan dalam hatinya terhadap Milim masih jauh dari selesai.

More Chapters