Di negara Roh Hei Bei Wu Chang yang misterius dan mencekam, di tengah kabut yang tak pernah hilang dan udara yang penuh dengan energi spiritual, Las Lunin dikenal sebagai sosok yang dihormati. Wibawa dan kebijaksanaannya mengalir begitu dalam, menjadikannya seorang guru yang tak hanya dihargai di negerinya, tetapi juga di negara-negara lain yang mendengarkan nasihatnya.
Las Lunin bukanlah manusia biasa. Dengan usia yang begitu panjang, seolah ia sudah ada sejak zaman dahulu kala, ia telah mempelajari banyak rahasia alam dan kekuatan roh. Elemen Roh yang dimilikinya memberi dia kemampuan untuk merasakan segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya, bahkan di tempat-tempat yang jauh.
Suatu hari, saat ia sedang duduk di perpustakaan besar yang dipenuhi dengan buku-buku kuno, seorang penjaga datang menghampirinya dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Guru Las Lunin, ada seorang anak muda yang sedang mencarimu," ucap penjaga itu. "Ia mengaku disuruh oleh ayahnya, Garamel, untuk menemui Anda."
Mendengar nama Garamel, seorang teman lama yang pernah berpetualang bersama, Las Lunin menutup buku yang sedang dibacanya dan segera berdiri. Ia merasa sudah saatnya bertemu dengan anak itu, karena Garamel, meskipun sekarang sibuk dengan bisnisnya, selalu memberikan rasa hormat yang tinggi kepada Las Lunin.
"Baik, aku akan menemui anak itu. Bawa dia ke sini," ujar Las Lunin dengan tenang.
Sesaat kemudian, seorang pemuda muncul di depan pintu perpustakaan. Anak itu tampak agak gugup, namun matanya penuh tekad. Las Lunin memandangnya dengan bijak.
"Jadi, kau adalah Kamael, anak dari Garamel?" tanya Las Lunin.
Kamael mengangguk dengan penuh rasa hormat, meski masih ada rasa cemas di wajahnya. "Benar, guru. Nama ayahku Garamel. Ia menyuruhku untuk datang ke sini dan berguru kepada Anda. Dia bilang Anda adalah orang yang bijak, dan saya harus belajar dari Anda."
Las Lunin mengamati pemuda itu dengan seksama, merasakan gelombang kekuatan yang tersembunyi dalam diri Kamael. Namun, ada sesuatu yang membuatnya khawatir. "Apa yang membuat ayahmu menyuruhmu datang kepadaku? Pasti ada alasan di baliknya."
Kamael menghela napas panjang sebelum menceritakan kisahnya. "Beberapa hari yang lalu, saat aku membantu ayah berjualan kain sutra, aku tak sengaja melepaskan kekuatan Elemen Angin yang lebih besar dari biasanya. Aku tak bisa mengendalikannya, dan akhirnya aku merusak kios-kios di sekitar kami, termasuk kios milik ayah sendiri. Ayah pun menyuruhku untuk datang kepada Anda, guru, agar saya bisa belajar cara mengendalikan kekuatan ini."
Las Lunin menatap Kamael dengan tatapan tajam namun penuh pengertian. "Wajar jika ayahmu mengirimmu ke sini. Sepertinya, Garamel ingin aku mengurus anaknya yang terlalu terburu-buru. Aah, dasar Garamel, dia selalu terburu-buru."
Kamael merasa sedikit cemas dengan kata-kata Las Lunin, namun guru itu melanjutkan, "Baiklah, karena masalahmu adalah mengendalikan kekuatan Elemen Angin, aku akan mengajarkanmu cara untuk mengendalikannya dengan benar. Tetapi ingat, setelah aku mengajarkanmu cara mengendalikan kekuatanmu, kau harus berjanji untuk menggunakannya hanya untuk melindungi orang lain, bukan untuk menyakiti mereka. Bisakah kau berjanji itu?"
Kamael mengangguk dengan tegas. "Tentu, guru. Aku berjanji akan menggunakan kekuatanku untuk melindungi orang lain, bukan untuk menyakiti mereka."
Las Lunin tersenyum, meskipun senyum itu seolah mengandung banyak makna. "Bagus. Sekarang, ikutlah aku. Kita akan menuju ke Gunung Geisterberg. Di sana, aku akan mengajarkanmu segalanya."
Kamael merasa sedikit terkejut mendengar nama gunung tersebut, tetapi ia tak berkata apa-apa dan mengikuti Las Lunin. Mereka pun segera berangkat menuju Gunung Geisterberg, gunung yang dikenal sebagai tempat para pelatih kekuatan roh. Di sana, hanya mereka yang memiliki tekad yang kuat yang bisa bertahan dan belajar mengendalikan kekuatan mereka.
---
Gunung Geisterberg
Gunung Geisterberg, yang terletak jauh di dalam wilayah Negeri Roh, adalah tempat yang sangat istimewa. Hanya sedikit orang yang dapat mencapai puncaknya, karena jalannya terjal dan penuh dengan energi roh yang bisa menguji ketahanan fisik dan mental seseorang. Tetapi, bagi mereka yang berani dan tekun, gunung ini juga menawarkan pelajaran besar tentang kekuatan roh dan bagaimana cara mengendalikannya.
Kamael merasa betapa beratnya perjalanan menuju puncak gunung. Udara di sana begitu dingin dan penuh dengan energi yang terasa mengalir kuat ke seluruh tubuhnya. Setiap langkah yang diambil terasa seperti menantang kekuatan alam, namun Kamael tetap melangkah tanpa ragu.
Las Lunin yang berjalan di depannya tampak sangat tenang, seolah tidak ada yang bisa mengganggunya. Ia tidak terburu-buru, dan Kamael mengikuti ritme langkahnya, merasa semakin terpesona dengan ketenangan yang dimiliki oleh gurunya.
"Guru," kata Kamael setelah beberapa saat, "bagaimana aku bisa mengendalikan kekuatanku? Rasanya seperti ada energi yang begitu besar di dalam diriku, dan aku takut kalau aku tidak bisa mengendalikannya."
Las Lunin berhenti sejenak, menatap Kamael dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Kekuatan besar seperti itu memerlukan keseimbangan, Kamael. Kau harus belajar untuk merasakan setiap perubahan dalam dirimu dan mengendalikan emosi yang ada. Hanya dengan cara itu, kau akan bisa mengarahkan kekuatanmu dengan bijak."
Setelah itu, Las Lunin mulai mengajarkan Kamael berbagai teknik untuk merasakan energi di sekitarnya dan mengendalikannya. Hari-hari mereka pun dipenuhi dengan latihan intensif di Gunung Geisterberg. Las Lunin mengajarkan Kamael untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan fisiknya, tetapi juga untuk memanfaatkan kekuatan roh yang ada dalam dirinya. Setiap malam, mereka berdua bermeditasi di bawah langit penuh bintang, di mana Las Lunin menunjukkan Kamael bagaimana menyelaraskan pikirannya dengan alam semesta.
Seiring berjalannya waktu, Kamael mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Kekuatan Elemen Angin yang dulu tak terkendali kini bisa ia arahkan dengan lebih tepat, dan ia pun mulai memahami apa arti sebenarnya dari menggunakan kekuatan itu untuk melindungi orang lain. Namun, ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang, dan ia harus terus belajar dari Las Lunin.
Begitulah, hari-hari mereka terus berjalan di Gunung Geisterberg. Setiap hari, Kamael merasa semakin kuat, semakin bijaksana, dan semakin siap untuk menghadapi dunia luar dengan kekuatan yang telah ia pelajari.