Chapter 15 — The Awakening of the Past
Ziza dan Riven melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan monolit itu, langkah mereka diiringi oleh bisikan-bisikan yang semakin jelas, suara-suara yang membawa mereka kembali ke masa lalu yang terlupakan. Rasanya seperti berada di dalam labirin waktu, di mana setiap sudut menyembunyikan rahasia yang lebih dalam. Keheningan di sekeliling mereka semakin pekat, seolah dunia luar tidak ada lagi.
Ziza merasakan ketegangan yang menggulung di dalam dirinya. Setiap langkah semakin membuatnya merasa seperti mereka tidak sendirian di tempat ini. Sesuatu mengamati mereka, dan meskipun mereka tak bisa melihatnya, Ziza bisa merasakannya, seperti ada mata yang mengawasi setiap gerakan mereka.
"Riven..." Ziza berbisik, suaranya penuh kekhawatiran. "Apa kamu merasakannya?"
Riven mengangguk perlahan. "Ya, ada sesuatu di sini. Kita harus berhati-hati."
Mereka terus berjalan, menembus kegelapan yang semakin dalam. Semakin jauh mereka melangkah, semakin berat beban di udara. Hawa dingin yang tidak alami merasuk ke dalam tubuh mereka, seolah kegelapan ini menelan segala kehangatan. Namun, tekad mereka tidak goyah. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mundur sekarang.
Setelah beberapa lama berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah ruang besar. Di tengah ruangan itu, sebuah patung besar berdiri, dipenuhi ukiran-ukiran kuno yang tampaknya menggambarkan sejarah dunia ini. Patung itu terlihat seperti seorang makhluk besar dengan sayap yang terbentang lebar, wajahnya tersembunyi di balik kabut gelap. Di sekitar patung, terdapat banyak simbol yang bersinar samar-samar, berkelap-kelip seperti bintang yang jauh.
Riven berjalan maju dengan hati-hati, matanya meneliti setiap detail di sekitar patung itu. "Ini... ini bukan sekadar monolit biasa," kata Riven dengan suara rendah. "Ini adalah altar, sebuah tempat suci yang telah lama terlupakan."
Ziza mendekat, matanya terfokus pada patung itu. "Ini... mungkin sesuatu yang berkaitan dengan Nexus," katanya, suaranya penuh dengan keingintahuan yang mendalam.
Saat mereka mendekati patung, tiba-tiba suara yang sama yang mereka dengar sebelumnya kembali menggema, kali ini lebih keras dan lebih dalam.
"Selamat datang," suara itu terdengar seolah berasal dari kedalaman bumi. "Kalian yang terpilih untuk membuka pintu yang tertutup, untuk menyelami kegelapan yang telah lama terkubur."
Ziza dan Riven terdiam, mereka tahu suara itu bukan berasal dari manusia, atau makhluk hidup biasa. Ada sesuatu yang jauh lebih tua, jauh lebih kuat, yang berbicara melalui suara itu. Sebuah kekuatan yang sudah ada sejak dunia ini pertama kali tercipta.
"Siapa... siapa yang berbicara?" tanya Ziza, mencoba menenangkan dirinya meskipun ada rasa takut yang merayap.
"Siapa aku?" suara itu tertawa, dan dalam tawa itu terdengar seratus macam suara yang berbeda, semuanya tercampur menjadi satu. "Aku adalah suara dari masa lalu, dari waktu yang terlupakan. Aku adalah kunci yang dapat membuka dunia ini, dan sekaligus yang akan mengunci nasib kalian."
Riven menatap Ziza dengan tatapan serius. "Kita harus siap. Ini bukan hanya tentang kita lagi, ini tentang seluruh dunia."
Ziza mengangguk, wajahnya penuh tekad. "Kita akan melawan. Kita akan menghadapi apapun yang ada di sini."
Dengan kata-kata itu, Ziza melangkah lebih dekat, dan ketika jarinya menyentuh permukaan patung itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Cahaya yang sangat terang tiba-tiba menyinari ruang itu, membuat mereka terpejam sementara. Ketika cahaya itu mereda, mereka menemukan diri mereka berada di tempat yang sama sekali berbeda.
Sekarang mereka berada di sebuah ruang yang sangat luas, dengan langit yang gelap pekat, seolah mereka berada di luar dunia ini. Di kejauhan, tampak sosok-sosok besar yang terbang, makhluk-makhluk bersayap yang tampaknya terbuat dari bayangan dan api. Di bawah mereka, sebuah kota yang hancur terhampar, reruntuhan yang membentang sejauh mata memandang.
"Ini... bukan dunia kita," kata Ziza, matanya terbuka lebar karena terkejut.
"Tidak," jawab suara yang terdengar lagi. "Ini adalah dunia yang terlupakan, dunia yang ada sebelum dunia kalian ada. Dunia yang telah hancur karena ambisi dan kekuatan yang tidak terkendali."
Ziza dan Riven berdiri terdiam, menyadari bahwa mereka telah dibawa ke masa lalu, ke sebuah dunia yang sangat berbeda dari dunia yang mereka kenal. Dunia ini tidak hanya hancur, tetapi juga diliputi oleh kegelapan yang sangat kuat, kegelapan yang tampaknya datang dari makhluk-makhluk yang ada di atas mereka.
"Tapi apa hubungan dunia ini dengan kita?" tanya Riven, merasa bingung dan tak yakin.
"Semua ini ada hubungannya dengan Nexus," jawab suara itu. "Nexus adalah kekuatan yang berasal dari dunia ini, kekuatan yang menguasai segala sesuatu. Mereka yang datang dari dunia ini membawa kehancuran dan penderitaan ke dunia kalian. Dan sekarang, mereka datang lagi."
Ziza menggenggam erat tangannya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Untuk mengalahkan Nexus," suara itu menjawab dengan suara yang lebih berat, lebih dalam, "kalian harus memahami sumber kekuatan mereka. Kalian harus memahami siapa mereka sebenarnya, dan apa yang mereka cari. Mereka tidak hanya menginginkan kekuasaan, mereka menginginkan kehancuran total."
Riven menatap Ziza. "Kita harus menghentikan mereka, Ziza. Kita harus mencari cara untuk menghancurkan mereka."
Ziza mengangguk, tatapannya semakin tajam. "Kita akan melakukannya. Kita tidak bisa membiarkan dunia ini hancur lagi."
Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Ziza dan Riven melangkah maju, siap untuk menghadapi kegelapan yang lebih besar, siap untuk menghadapi kebenaran yang akan mengubah segalanya.