Cherreads

Chapter 14 - Chapter 14 — The Rebirth of Chaos

Chapter 14 — The Rebirth of Chaos

Langit di atas Ziza dan Riven memerah, menandakan datangnya badai yang lebih besar daripada yang pernah mereka hadapi sebelumnya. Di kejauhan, kilat menyambar dengan kekuatan yang mengguncang bumi. Mereka tahu, apa yang baru saja mereka pilih akan mengubah segalanya. Tidak ada jalan mundur, tidak ada penyesalan. Pilihan mereka adalah langkah pertama menuju takdir yang telah menanti.

Ziza memandang Riven dengan tatapan serius, matanya yang dulu penuh keraguan kini dipenuhi tekad. Mereka harus menghadapi Nexus, entitas yang telah menghancurkan dunia ini, dan mengakhiri kekuasaan mereka yang telah berlangsung begitu lama. Namun, Ziza tahu, jalan ini bukanlah jalan mudah. Sebuah pertempuran besar menunggu mereka, dan musuh yang mereka hadapi jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah mereka bayangkan.

"Riven, kita tidak boleh lengah. Nexus tidak akan membiarkan kita begitu saja. Mereka akan menguji kita sampai batasnya," kata Ziza, suaranya penuh tekad.

Riven mengangguk, wajahnya serius. Sejak pertemuan dengan bayangan gelap di altar, mereka tahu bahwa hanya dengan kekuatan penuh mereka dapat melawan Nexus. Mereka harus mencari lebih banyak informasi, lebih banyak kekuatan untuk bisa bersaing dengan mereka.

"Kita harus mencari tempat yang aman dulu, dan merencanakan langkah selanjutnya," kata Riven, matanya melihat ke depan dengan cemas.

Ziza mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman lagi. Dunia ini telah berubah, dan mereka harus siap untuk menghadapi apapun yang akan datang. Namun, mereka harus tetap berpikir jernih, merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati.

Mereka terus berjalan menembus badai yang semakin hebat, sampai akhirnya menemukan tempat perlindungan yang cukup terlindungi dari amukan alam. Di sana, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, memulihkan kekuatan, dan merencanakan langkah mereka ke depan.

"Ziza, kita perlu mencari lebih banyak informasi tentang Nexus. Kita harus mengetahui kelemahan mereka, atau kita tidak akan punya peluang untuk menang," kata Riven, membuka peta yang ditemukan di reruntuhan sebelumnya.

Ziza mengamati peta itu, matanya mencerna setiap detail yang ada. Peta tersebut menunjukkan berbagai tempat yang telah dilanda kehancuran oleh Nexus, serta beberapa lokasi yang tampaknya masih tidak tersentuh oleh kekuatan mereka.

"Ada satu tempat di sini," kata Ziza, menunjuk ke sebuah titik pada peta yang terletak jauh di dalam hutan terlarang. "Ini bisa menjadi petunjuk, atau mungkin tempat di mana kita bisa menemukan jawaban."

Riven menatap titik yang ditunjuk Ziza, dan matanya menyipit. "Hutan terlarang. Tempat itu terkenal karena penuh dengan makhluk berbahaya. Namun, kita tidak punya pilihan lain."

Ziza mengangguk, tekad di wajahnya semakin menguat. Mereka tidak punya pilihan. Hutan terlarang adalah satu-satunya tempat yang dapat memberi mereka jawaban tentang Nexus. Mereka harus menempuh perjalanan yang penuh risiko, namun itu adalah satu-satunya harapan mereka.

Setelah beristirahat sejenak, Ziza dan Riven melanjutkan perjalanan mereka menuju hutan terlarang. Mereka tahu, perjalanan ini akan jauh lebih berbahaya dari sebelumnya, namun mereka harus siap menghadapi apa pun yang datang.

Di tengah perjalanan mereka, mereka menyadari bahwa mereka tidak hanya berhadapan dengan Nexus, tetapi dengan kekuatan yang lebih besar yang berada di balik kehancuran dunia ini. Mereka harus membuka mata mereka lebih lebar, menyelidiki setiap petunjuk, setiap jejak yang bisa membawa mereka pada kebenaran yang lebih besar.

Hutan terlarang ternyata jauh lebih gelap dan lebih penuh misteri dari yang mereka bayangkan. Pohon-pohon besar dengan akar yang menjalar ke tanah seolah menghalangi cahaya matahari untuk menembus. Ziza dan Riven berusaha menavigasi dengan hati-hati, setiap langkah mereka terdengar menggeram di hutan yang sunyi.

"Ziza, apakah kamu merasa ada sesuatu yang tidak beres?" tanya Riven dengan suara pelan, matanya waspada.

Ziza mengangguk perlahan. Dia merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang mengintai mereka. Hutan ini seolah hidup, setiap sudutnya menyimpan bahaya yang tak terlihat.

"Hati-hati, Riven. Kita tidak tahu apa yang ada di sini," kata Ziza, matanya menyapu sekitar mereka.

Mereka terus berjalan, semakin jauh ke dalam hutan. Semakin dalam mereka masuk, semakin mereka merasakan kehadiran yang kuat di sekitar mereka. Rasa takut semakin membayangi, namun Ziza dan Riven tahu bahwa mundur bukanlah pilihan. Mereka harus menemukan jawaban yang mereka cari.

Akhirnya, setelah berjam-jam berjalan, mereka sampai di sebuah clearing yang terang benderang meskipun di tengah hutan gelap. Di tengah clearing itu, sebuah monolit besar berdiri tegak, dikelilingi oleh cahaya yang tampak tidak alami. Ziza dan Riven berdiri terdiam di hadapan monolit itu, merasakan energi yang luar biasa mengalir dari dalamnya.

"Apa itu?" tanya Riven, suaranya dipenuhi kekaguman dan rasa takut.

Ziza menatap monolit itu dengan penuh perhatian. Dia tahu, ini adalah petunjuk yang mereka cari. Di sinilah jawaban mereka akan ditemukan.

Dengan hati-hati, Ziza melangkah maju dan menyentuh monolit itu. Ketika jarinya menyentuh permukaan batu itu, tiba-tiba sebuah suara keras terdengar, menggelegar di seluruh clearing.

"Kalian mencari jawaban?" suara itu menggema, seolah berasal dari kedalaman bumi.

Ziza dan Riven terkejut, tetapi mereka tetap berdiri tegak, tidak mundur. Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dalam dan lebih jelas.

"Jawaban ada di dalam. Jika kalian ingin mengetahui kebenaran, kalian harus siap menghadapinya. Tidak ada yang bisa kembali setelah ini."

Ziza menggenggam tangan Riven, sebuah perasaan gelisah melanda, namun dia tahu, ini adalah satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran yang mereka cari.

"Kita harus masuk," kata Ziza, matanya menyala penuh tekad.

Dengan langkah mantap, Ziza dan Riven melangkah ke dalam monolit itu, menuju petualangan yang lebih berbahaya dan lebih misterius dari apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

Ketika mereka memasuki monolit itu, mereka disambut oleh kegelapan yang pekat, namun di dalamnya mereka bisa merasakan kehadiran yang sangat kuat. Sesuatu yang telah lama tertidur, siap untuk bangkit kembali.

Di dalam kegelapan itu, mereka mendengar bisikan-bisikan yang semakin keras, suara yang terdengar seperti seruan dari zaman yang terlupakan. Semua petunjuk yang mereka butuhkan, semua jawaban, ada di sini, namun harga yang harus dibayar untuk mengetahui semuanya sangat tinggi.

Ziza dan Riven harus memutuskan apakah mereka siap menghadapi kebenaran ini. Dunia mereka sudah cukup hancur, namun petualangan mereka baru saja dimulai. Takdir mereka akan ditentukan dalam kegelapan ini.

Dengan tekad yang semakin kuat, Ziza dan Riven melangkah lebih dalam, menuju inti dari rahasia yang telah lama terkubur.

More Chapters