Chapter 4 — Riftbreaker's Trial
Tanduk makhluk itu menembus pohon sakura yang telah mati, membuat tanah bergetar. Reruntuhan kuil tempat Ziza berdiam hancur sebagian. Pasukan undead-nya segera merespons, berlarian bagai arus air yang haus darah. Tapi makhluk Rift itu tak gentar. Ia membuka mulutnya, memuntahkan gelombang energi merah yang menyapu mayat-mayat seperti debu.
Ziza melompat ke belakang, napas tertahan.
"Dia bukan sekadar mutan biasa. Ini... ujian."
Dari dalam tubuhnya, glitch meledak. Mata kirinya bersinar tajam dan tangan kanannya berubah—bukan lagi tangan manusia, tapi struktur retak-retak seperti kristal hitam ungu, denyutnya selaras dengan aura kematian.
Ia mengangkat tangannya dan berteriak, "Bind Protocol: Death Root!"
Akar-akar hitam bercahaya ungu menyembur dari tanah, membelit kaki makhluk Rift itu. Tapi sang musuh hanya mengaum dan memuntahkan energi lagi. Kali ini, Ziza bersembunyi di balik patung Buddha yang retak. Tak sempat berpikir lama, ia memanggil empat elite undead-nya—mayat hasil rekayasa dari Nullspawn dan manusia terlatih yang ia bangkitkan minggu lalu.
"Tahan dia selama tiga menit. Aku akan buka segel keduaku."
Para elite undead meluncur ke medan tempur. Salah satu dari mereka—disebut *Split Fang*, makhluk bersayap dengan rahang ganda—menyergap dari atas dan menghantam kepala makhluk Rift dengan senjata yang terbuat dari tulang besi. Tapi lawan mereka tak mudah tumbang. Dalam sekejap, Split Fang hancur menjadi abu.
Ziza menutup matanya. Suara dari dalam kepalanya datang lagi, lirih namun jelas.
"Kau ingin naik? Pecahkan batas. Hancurkan kontrol. Lepaskan fragmentasi."
"Bagaimana caranya?!" tanya Ziza lirih.
"Tarik dari luka terdalammu."
---
Kilasan ingatan datang: ibunya diseret keluar rumah, adiknya tertembak oleh senjata plasma, ayahnya mencoba melawan hanya untuk dibelah dua oleh taring makhluk luar. Ziza yang bersembunyi, menangis, merintih, sampai dunia berubah. Sampai kekosongan datang.
Matanya terbuka.
"Shard Pulse... Release."
Ledakan ungu menyapu kuil. Tanah runtuh. Langit seperti berkedip. Tubuh Ziza kini setengah glitch—tangannya menjalar ke bahu, matanya bersinar lebih gelap, dan jubahnya tertiup ke atas seolah waktu sendiri menghentikan geraknya.
"Kau salah memilih lawan," ucapnya.
Ia melompat tinggi, lebih tinggi dari seharusnya. Saat tubuhnya melayang, ia mengangkat kedua tangan.
"Soulbind Protocol: Fractured Army."
Dari tanah, udara, dan puing-puing, muncul pasukan baru—berjumlah lebih dari dua ratus. Semua tubuh mereka setengah glitch, dan mata mereka menyala dengan kehendak Ziza. Pasukan ini tidak hanya hidup dari kematian, mereka lahir dari kebencian.
Pertarungan berubah menjadi medan neraka.
Makhluk Rift mulai terdesak. Ia mencoba terbang, tapi pasukan undead menyeretnya turun. Cakar, taring, senjata organik menghantam tanpa henti. Ziza menurunkan tangan perlahan, tubuhnya gemetar karena energi yang terkuras.
"Akhiri."
Satu ledakan terakhir mengguncang Shinjuku.
---
Beberapa jam kemudian, tubuh makhluk Rift tertanam di dalam kawah besar, tak lagi bernyawa. Ziza berdiri di atasnya, tubuhnya dipenuhi luka glitch. Nafasnya berat, tapi senyumnya muncul samar.
"Riftbreaker... selesai."
Namun kemenangan ini tak datang tanpa harga.
Tubuhnya kini tak bisa kembali sepenuhnya ke bentuk manusia. Glitch telah menyatu terlalu dalam. Ia bisa merasakannya—ia bukan hanya sedang naik level. Ia sedang berubah menjadi sesuatu lain.
Dan jauh di atas sana, di Core Nexus, sistem global mengeluarkan notifikasi:
**Level Ascension: 01.99.99 Reached**
**Anomali terdeteksi. Entitas tak terdaftar. Kode: GLT-ZZ. Status: Intervensi darurat direkomendasikan.**
Shardfather tertawa dalam kegelapan.
"Waktumu mendekat, anakku... Perang baru akan dimulai."