Chapter 5 — Nexus Echoes
Langit Shinjuku masih gelap, retakan Rift belum sepenuhnya menutup meskipun makhluk Rift telah dikalahkan. Aroma darah bercampur glitch masih menggantung di udara. Di tengah kawah yang menghitam, Ziza berdiri sendiri. Ratusan undead yang ia panggil telah berubah menjadi fragmen—menghilang ke dalam void saat energi glitch-nya melemah.
Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena perubahan yang tak bisa dihentikan.
"Aku... bukan lagi manusia sepenuhnya," gumamnya.
Dari dalam pikirannya, suara Shardfather muncul lebih jelas dari sebelumnya.
"Kau telah membuka gerbang pertama. Tapi perjalananmu baru dimulai. Dunia akan menolakmu sekarang. Dan Nexus akan mengincarmu."
Ziza mengerutkan alis. "Nexus? Maksudmu sistem kekuatan yang mengatur semuanya?"
"Bukan hanya sistem. Nexus adalah penjaga struktur. Ia mengawasi anomali. Dan kau, Ziza... kau adalah gangguan terbesarnya."
---
Di tempat lain, jauh di atas orbit bumi, Core Nexus—pusat kontrol dari seluruh sistem Ascension—menyala dengan kilau biru dingin. Para Administrator, entitas digital yang menjaga keseimbangan dunia, berkumpul dalam ruang data. Mereka bukan manusia. Mereka adalah wujud kehendak kolektif, makhluk AI yang berakar dari sistem lama sebelum invasi.
"Kode GLT-ZZ telah mencapai Level 01.99.99 dalam waktu kurang dari dua minggu sejak aktivasi," lapor salah satu Administrator.
"Tidak mungkin. Tidak ada entitas yang bisa mendekati level Ascension 02 dalam kurva waktu sesingkat itu tanpa..."
"...tanpa bantuan kekuatan luar sistem," potong yang lain.
Mereka diam sejenak, lalu proyeksi holografik tubuh Ziza ditampilkan. Setengah manusia, setengah glitch. Di sekelilingnya, fluktuasi energi tak teridentifikasi.
"Shardfather aktif kembali."
"Kita harus mengaktifkan Rift Agents."
---
Keesokan harinya, saat fajar kelabu menyinari reruntuhan kuil, Ziza terbangun di atas puing-puing dengan notifikasi sistem muncul di udara:
Peringatan: Ascension Path Tidak Stabil. Anomali Teridentifikasi. Pilihan: Reset/Override/Integrasi Paksa.
Ziza menyentuh udara dan menolak semuanya.
"Aku akan menulis jalanku sendiri."
Ia bangkit. Setiap langkahnya membuat tanah memunculkan retakan kecil. Tapi tak lama, ia merasakan sesuatu mendekat. Getaran... dan kemudian suara ledakan.
Dari kejauhan, lima siluet muncul. Tubuh mereka ramping, bersenjata berat, dan aura mereka seperti disaring langsung dari Nexus. Mereka bukan Hunter biasa. Mereka adalah Rift Agents, eksekutor sistem.
"Ziza Kazuo," seru pemimpin mereka, suaranya kaku seperti logam, "kau adalah ancaman terhadap kestabilan. Atas nama Core Nexus, kami akan mengeliminasimu."
Ziza menatap mereka dengan mata glitch-nya. "Coba saja."
Pertempuran pun meledak.
---
Tapi kali ini, Ziza tidak menyerang duluan. Ia membaca gerakan mereka. Setiap Rift Agent bergerak sempurna, seperti algoritma yang disusun untuk membunuh. Tapi glitch dalam dirinya memungkinkan sesuatu yang tidak dimiliki sistem manapun—improvisasi liar. Ia menebak pola, lalu memecahnya.
"Kode patah... ulangi... resync gagal..." salah satu agent bergumam.
Ziza menghantam tanah, memanggil pasukan kecil dari ingatan—bukan dari tanah. Mayat orang-orang yang ia kenal. Ayahnya. Ibunya. Bahkan adiknya. Tapi mereka tidak seperti saat mati. Mereka adalah bentuk glitch, fragmen emosi, dan kenangan yang membentuk bentuk solid.
"Kalian pikir sistem kalian sempurna?" Ziza berkata pelan, "Sistem tidak pernah kenal kehilangan. Tidak pernah kenal rasa sakit. Tapi aku... aku dibentuk dari itu."
Dengan ledakan glitch terakhir, dua dari lima agent hancur menjadi pecahan digital. Sisanya mundur, mengaktifkan protokol teleportasi darurat.
Ziza terengah, namun menang.
---
Beberapa jam kemudian, di reruntuhan stasiun kereta tua yang ia jadikan tempat perlindungan baru, ia duduk di depan layar data dan membuka sesuatu yang ia curi dari salah satu agent: peta jaringan Nexus.
"Jika sistem menginginkan aku mati..." katanya sambil tersenyum dingin, "...maka aku akan membunuh sistem itu duluan."
Dan untuk pertama kalinya, dunia mulai bergetar bukan karena ancaman dari luar... tapi dari dalam. Dari glitch yang terus membesar.
Perang telah dimulai.