Bab 6 - Ujian dan Hiatus
Tahun akademik sudah memasuki masa ujian akhir semester. Milim duduk di meja belajarnya, buku-buku terbuka di depan matanya, namun pikirannya tidak sepenuhnya fokus. Dalam beberapa minggu terakhir, dia merasa semakin tertekan, dengan ujian yang datang bertubi-tubi. Harvard memang memberikan tantangan yang berat, dan Milim tahu dia harus serius untuk mempersiapkan ujian agar tidak mengecewakan keluarganya.
Di sisi lain, Arvid juga mengalami hal yang sama. Meskipun dia tidak terlalu terbebani oleh kehidupan kampus seperti Milim, ujian di Harvard tetap saja bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Arvid merasa cemas akan masa depan akademisnya, dan untuk beberapa waktu, mereka berdua sepakat untuk menghentikan sementara kegiatan mereka di channel YouTube.
"Milim, kita harus fokus dulu sama ujian," kata Arvid suatu malam ketika mereka sedang berbicara lewat pesan singkat. "Channel YouTube bisa kita lanjutkan nanti setelah semuanya selesai. Aku yakin fans kita akan mengerti."
Milim membaca pesan itu sambil menatap layar ponselnya. Dia sadar, memang waktunya untuk berhenti sejenak. "Iya, kamu benar. Aku nggak mau sampai nilai kita jeblok karena kita terlalu fokus di YouTube. Tapi aku juga nggak enak sama fans kita, mereka pasti bakal kecewa kalau kita hiatus."
Namun, mereka berdua sepakat bahwa ini adalah waktu yang terbaik untuk istirahat sejenak dan fokus pada ujian mereka. Begitu keputusan itu diambil, Milim merasa sedikit lebih tenang. Meski begitu, dia tahu ada konsekuensi yang harus dihadapi.
---
Beberapa Minggu Kemudian
Hari-hari ujian berlalu dengan penuh ketegangan. Milim dan Arvid masing-masing bekerja keras untuk menaklukkan ujian-ujian mereka, tetapi pikiran mereka tetap melayang ke channel YouTube yang mereka bangun. Milim terkadang merasa cemas ketika teringat betapa aktifnya mereka di awal dan bagaimana kini hampir sebulan tanpa update.
Tapi, begitu ujian selesai dan mereka merasa sedikit lega, Milim membuka kembali laptopnya dan memeriksa channel mereka. Angka subscriber masih terus bertambah, meski tidak sepesat sebelumnya. Namun, dia juga melihat beberapa komentar dari fans yang mulai kecewa karena mereka tidak meng-upload konten baru.
Salah satu komentar yang paling menonjol adalah dari seorang fans bernama Kevin, yang menulis, "Kenapa sih nggak ada video baru? Aku udah nunggu lama nih!"
Milim menghela napas. Dia tahu, meskipun mereka mendapatkan banyak dukungan, ada juga sebagian fans yang mungkin merasa ditinggalkan.
Arvid, yang juga baru saja selesai dengan ujian, memeriksa pesan dan komentar di channel mereka. "Hmm, kita perlu bilang sesuatu ke mereka, Milim. Kita nggak bisa terus-terusan bikin mereka nunggu tanpa penjelasan."
Milim mengangguk setuju. "Aku rasa, kita harus buat video penjelasan, ya? Soalnya, kita nggak mau mereka merasa kecewa terlalu lama."
Setelah berdiskusi sebentar, mereka sepakat untuk membuat video yang menyatakan bahwa mereka sedang dalam masa ujian dan akan kembali upload konten setelah semua ujian selesai. Milim berharap dengan penjelasan itu, para fans bisa lebih mengerti.
---
Video Penjelasan untuk Fans
Pada akhir minggu, Milim dan Arvid duduk bersama di depan kamera. Mereka berdua terlihat sedikit lelah, tetapi wajah mereka tetap ceria.
"Hi, teman-teman! Jadi, seperti yang kalian tahu, kami sudah cukup lama nggak upload video baru. Ini karena kami sedang menghadapi ujian akhir semester di Harvard, dan kami ingin fokus dulu pada pendidikan kami. Tapi, jangan khawatir! Kami akan segera kembali setelah semuanya selesai, dan kami sudah punya banyak ide konten seru yang bakal kami buat," kata Milim sambil tersenyum.
Arvid menambahkan, "Kami benar-benar berterima kasih atas dukungan kalian yang luar biasa. Kami tahu sudah beberapa waktu tidak upload, tapi setelah ujian selesai, kami akan kembali dengan lebih banyak video yang kalian tunggu-tunggu. Jadi, tetap stay tune, ya!"
Mereka berdua melambaikan tangan ke kamera dan menutup video dengan pesan positif. Meskipun tidak bisa memprediksi reaksi dari fans mereka, Milim merasa sedikit lebih lega setelah memberikan penjelasan itu.
---
Reaksi Fans
Tak lama setelah video itu diunggah, komentar mulai memenuhi kolom komentar. Beberapa fans menyatakan dukungannya, mengerti bahwa Milim dan Arvid sedang sibuk dengan ujian, sementara yang lain masih merasa kecewa dengan jeda yang cukup panjang.
"Sabar ya guys! Kita tunggu kok video selanjutnya," tulis seorang fans dengan nama GamingFan123.
Namun, ada juga beberapa komentar yang terdengar sedikit kecewa, seperti yang ditulis oleh DarkKnight: "Tunggu, kenapa sih hiatusnya lama banget? Aku udah kangen video kalian, semoga kalian segera kembali."
Meskipun komentar itu sedikit mengganggu, Milim dan Arvid berusaha untuk tetap positif. Mereka tahu, ini adalah bagian dari perjalanan yang harus mereka jalani, dan mereka berharap bisa kembali lebih kuat setelah ujian selesai.
---
Kembali Ke Fokus
Setelah video penjelasan tersebut, Milim dan Arvid kembali melanjutkan fokus pada ujian mereka. Walaupun banyak hal yang terganggu sementara, mereka tetap bertekad untuk kembali dengan lebih baik. Mereka tahu perjalanan mereka baru saja dimulai, dan dengan waktu yang lebih banyak setelah ujian, mereka bisa kembali melanjutkan konten yang sudah mereka mulai.
"Begitu ujian selesai, kita akan kembali dengan konten yang lebih menarik, Arvid!" kata Milim dengan semangat, sudah siap untuk melanjutkan perjalanan bersama Arvid setelah masa hiatus ini.
Arvid tersenyum, "Iya, dan kita akan buat sesuatu yang lebih keren lagi."
Dengan itu, mereka kembali menjalani hari-hari mereka dengan tekad baru—siap untuk kembali menyapa fans mereka dengan konten-konten menarik yang telah mereka rencanakan.
---
Setelah beberapa minggu yang penuh tekanan karena ujian akhir semester, Arvid memutuskan untuk meluangkan waktu sejenak untuk bermain bola bersama beberapa anak laki-laki lainnya di kampus. Meskipun fokus utama mereka tetap pada studi, sesekali mereka merasa perlu menyegarkan pikiran dengan berolahraga.
Pada hari itu, Arvid dan beberapa teman sekelas lainnya berkumpul di lapangan bola. Semua tampak antusias, meskipun Arvid tahu, ada yang kurang nyaman dengan kehadirannya. Terutama Brian, yang sejak awal tidak begitu senang dengan kedekatan Arvid dan Milim. Hubungan mereka yang semakin dekat sepertinya menjadi sumber kecemburuan bagi Brian dan beberapa anak laki-laki lainnya.
"Arvid, kamu pikir kamu bisa bermain dengan kita?" sindir Brian dengan nada meremehkan. "Lihat deh, kayaknya kamu lebih cocok main di tempat lain."
Arvid mencoba mengabaikan ejekan itu, berusaha tetap fokus pada permainan. Namun, dia tahu betul bahwa di balik kata-kata Brian, ada sesuatu yang lebih. Beberapa anak laki-laki lainnya juga mulai menunjukkan ekspresi yang tidak bersahabat, bahkan ada yang tersenyum sinis melihat Arvid yang masih berusaha keras agar tidak tertinggal dalam permainan.
Meskipun begitu, Arvid terus berlari mengejar bola, melepaskan umpan dan mencoba yang terbaik. Namun, tak lama kemudian, salah satu dari anak laki-laki lain, yang biasa mengikuti Brian, mulai menggoda Arvid dengan cara yang lebih terang-terangan. "C'mon, Arvid! Jangan buat malu diri sendiri, kamu cuma ganggu permainan," ujarnya sambil tertawa, berusaha membuat Arvid merasa canggung.
Melihat hal itu, Brian semakin merasa puas. "Lihat, Arvid, ini bukan tempatmu! Kalau kamu terlalu sibuk dengan Milim, jangan harap bisa bergabung sama kita di sini!" kata Brian, suaranya semakin keras. Beberapa anak laki-laki mulai tertawa, memberikan dukungan kepada Brian yang tampaknya semakin membuli Arvid.
Arvid merasa kesal, tetapi ia mencoba menenangkan diri. Ini hanya permainan bola, pikirnya. Namun, rasa cemasnya tentang hubungannya dengan Milim mulai terasa mengganggu. Ia merasa seolah-olah ada yang salah, bahwa kedekatannya dengan Milim menjadi alasan utama mereka semua membencinya.
Tetapi, Arvid tidak bisa menyerah. Dia mengambil bola yang hampir hilang dari kaki lawannya, menggiringnya melewati beberapa pemain, dan akhirnya menendang bola ke arah gawang. Tembakan itu melesat dengan cepat, menembus pertahanan tim lawan dan menghasilkan gol yang tak terduga. Arvid tidak bisa menahan senyum kecil saat melihat bola itu masuk ke gawang.
Namun, bukannya memberi tepuk tangan atau ucapan selamat, Brian justru mendengus kesal. "Itu cuma keberuntungan, Arvid. Jangan kira semua orang kagum sama kamu," ejeknya.
Arvid menghela napas dalam-dalam, meskipun hatinya sedikit lega setelah gol itu. Setidaknya aku bisa buktikan aku bisa bermain, pikirnya. Tapi ia tahu, persaingan dengan Brian tidak akan berhenti hanya di lapangan bola. Hubungan mereka yang tegang akan terus ada, terutama karena kecemburuan yang semakin terasa, dan Milim juga selalu menjadi topik pembicaraan di antara mereka.
"Jangan terlalu banyak berlagak, Arvid. Nanti kamu akan lihat apa yang akan kami lakukan," kata Brian, masih dengan nada penuh kebencian. Tentu saja, Arvid tahu bahwa ancaman itu bukan hanya soal permainan bola.
Namun, meski ada yang berusaha menjatuhkannya, Arvid merasa lebih kuat dari sebelumnya. Dia tidak akan membiarkan orang lain menghalangi dirinya, apalagi hanya karena hubungan baiknya dengan Milim. Dengan semangat baru, ia memutuskan untuk terus maju dan tidak menyerah, bahkan ketika Brian dan kawan-kawannya berusaha untuk mempermalukannya.
Sambil menatap lapangan yang masih ramai, Arvid tahu bahwa ujian sebenarnya, bukan hanya soal akademik, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa terus berdiri tegak meski banyak yang ingin menjatuhkannya.