Cherreads

Chapter 5 - Bab 4

Bab 4

"Rasa yang Belum Bernama"

Dulu, sebelum dunia menjadi serumit sekarang,

sebelum janji-janji diucapkan dan hati-hati disakiti,

kami hanya dua jiwa muda di sebuah pesantren ternama,

belajar mencari makna hidup, tanpa tahu bahwa kelak hidup kami akan saling bertaut tanpa pernah benar-benar bersatu.

Aku mengenalnya dari kejauhan.

Bukan melalui kata, bukan melalui sapa.

Hanya tatapan sekilas di koridor mushalla, atau saat antri di perpustakaan usai shalat maghrib.

Naya, dengan gamis biru langit dan kerudung yang selalu rapi,

seolah membawa keteduhan ke mana pun ia melangkah.

Ada cara dia menundukkan pandangan, menjaga sikap, membuat siapa pun segan sekaligus diam-diam mengagumi.

Aku?

Aku hanya remaja biasa, mencoba menjadi alim, namun diam-diam berperang melawan sesuatu yang belum kumengerti:

rasa yang muncul setiap kali bayangnya melintas di pelupuk mata.

Tidak ada kata-kata yang keluar.

Tidak ada sapaan yang menodai adab.

Hanya sebuah rahasia kecil yang kami simpan dalam diam, seakan ada perjanjian tanpa suara:

"Aku tahu kau di sana, dan kau tahu aku di sini. Tapi biarlah hanya Tuhan yang jadi saksi."

Setiap sore, saat matahari mulai turun di balik menara masjid,

aku sering menemukan diriku berdoa lebih lama — bukan meminta sesuatu, hanya berusaha menenangkan debaran yang bahkan aku malu mengakuinya.

Naya, dengan caranya yang sederhana, mengajarkanku arti cinta yang tidak menuntut apa-apa.

Cinta yang hanya cukup dengan melihat dari jauh.

Cinta yang lebih banyak berlutut dalam doa, daripada berlari dalam keinginan.

Mungkin sejak itu aku sudah mencintainya.

Atau mungkin...

aku hanya mencintai ketenangan yang selalu ia bawa bersamanya.

Tak satu pun teman mengetahui.

Tak satu pun ustadzah atau kiai menyadari.

Kami berdua tetap menjaga adab, menjaga jarak, menjaga hati — sebaik-baik yang kami bisa.

Karena kami tahu,

di dunia ini, ada cinta-cinta yang harus tetap tinggal dalam sunyi.

Dan barangkali, cinta kami adalah salah satunya.

More Chapters