Cherreads

Chapter 12 - Chapter 12 — The Coming Storm

Chapter 12 — The Coming Storm

Perjalanan Ziza dan Riven terus berlanjut melalui reruntuhan dunia yang hancur, dengan masing-masing langkah mereka semakin mendekat pada ancaman yang lebih besar. Awan gelap yang memenuhi langit tampak semakin menebal, seolah mencerminkan ketegangan yang semakin melingkupi mereka. Ziza merasakan ketegangan itu semakin menekan jantungnya, meskipun tekadnya semakin kuat. Ia tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti, tidak ada waktu untuk menunggu atau ragu. Musuh yang lebih besar sedang menunggu di depan.

Ketika mereka mendekati wilayah yang lebih jauh, mereka mulai melihat tanda-tanda kehidupan yang langka. Beberapa orang bertahan hidup di reruntuhan ini, meskipun tidak banyak. Mereka adalah sisa-sisa umat manusia yang berusaha bertahan hidup di dunia yang sudah berubah ini. Namun, tidak ada yang tampak memiliki semangat untuk bertarung. Mereka lebih banyak bersembunyi dari ancaman yang semakin mendekat.

Di tengah-tengah sebuah desa yang hampir hancur, mereka bertemu dengan seorang pria tua, seorang pemimpin yang tampaknya masih berjuang untuk mempertahankan apa yang tersisa dari umat manusia. Pria itu memiliki wajah yang penuh kerut, tanda-tanda kehidupan yang penuh penderitaan dan perjuangan. Namun di matanya, ada sisa-sisa semangat yang masih belum padam.

"Kalian... kalian berdua... masih hidup?" pria itu bertanya dengan suara yang lemah, seolah tidak percaya bahwa ada orang lain yang masih bertahan.

Ziza mengangguk, matanya tetap tajam menatap pria itu. "Kami sedang mencari Nexus. Kami perlu tahu apa yang terjadi di dunia ini. Kami harus menghentikan mereka."

Pria itu menatap mereka dengan mata yang penuh keputusasaan. "Nexus... mereka adalah kehancuran. Mereka datang dari dunia lain, menghancurkan segalanya. Kami tidak tahu siapa mereka, hanya bahwa mereka adalah ancaman yang tidak bisa dihadapi. Tak ada yang bisa mengalahkan mereka."

Ziza menggertakkan giginya, tekadnya semakin kuat. "Kami akan mengalahkan mereka. Kami tidak akan menyerah."

Riven, yang telah diam sepanjang percakapan itu, akhirnya berbicara. "Bagaimana kami bisa membantu? Apa yang kalian tahu tentang mereka?"

Pria itu menunduk, terlihat berpikir sejenak. "Kami hanya tahu sedikit, tapi ada sesuatu yang kami temukan beberapa waktu lalu. Di utara, ada sebuah tempat yang mungkin bisa memberi kalian jawaban. Kami tidak tahu pasti, tapi itu adalah satu-satunya petunjuk yang kami miliki."

Ziza memandang Riven, keduanya saling bertukar pandang. Tidak ada kata-kata yang diperlukan. Mereka tahu apa yang harus dilakukan.

"Terima kasih," Ziza berkata dengan suara rendah. "Kami akan mencari tempat itu."

Dengan itu, mereka meninggalkan desa yang hancur dan melanjutkan perjalanan mereka. Langit semakin gelap, angin kencang mulai berhembus, membawa bau hujan yang berat. Perasaan semakin tidak menentu, namun Ziza merasa ada sesuatu yang harus ditemukan di utara. Sesuatu yang bisa memberi mereka kunci untuk mengalahkan Nexus.

Saat mereka melangkah lebih jauh, Ziza kembali merasakan perubahan dalam dirinya. Kekuatan yang diberikan oleh dewa misterius semakin kuat, dan semakin sering ia merasakan seolah bayangan masa lalunya muncul kembali. Bayangan yang terus membimbingnya, memberi arahan yang tidak bisa ia mengerti sepenuhnya, namun memberikan kedamaian yang aneh.

Riven berjalan di sampingnya, merasa bahwa Ziza tengah menghadapi pertempuran yang lebih besar di dalam dirinya. Ia tidak tahu persis apa yang Ziza rasakan, namun ia bisa merasakan perubahan yang terjadi pada temannya.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan ketika langit semakin gelap dan hujan mulai turun, mereka sampai di sebuah tempat yang tampaknya sudah lama terlupakan. Sebuah reruntuhan besar, di mana sisa-sisa bangunan yang runtuh menunjukkan bahwa ini adalah tempat yang pernah menjadi pusat peradaban.

Ziza berhenti, menatap reruntuhan itu dengan penuh perhatian. Di dalam hatinya, ada rasa ingin tahu yang kuat. Ia merasa tempat ini adalah salah satu petunjuk yang selama ini mereka cari.

"Kita sudah sampai," Ziza berkata, suaranya menggema di udara sepi.

Riven mengangguk. "Apa yang akan kita lakukan di sini?"

Ziza menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan tegas, "Kita akan menemukan apa yang kita cari di sini. Ini adalah bagian dari perjalanan kita. Kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang bisa kita lawan untuk mengakhiri semuanya."

Dengan langkah pasti, Ziza memasuki reruntuhan, Riven mengikuti di belakangnya. Mereka berdua tahu bahwa di tempat ini, jawaban yang mereka cari mungkin berada lebih dekat daripada yang mereka kira.

More Chapters