Cherreads

Chapter 10 - Chapter 10 — A New Path Forward

Chapter 10 — A New Path Forward

Perjalanan mereka terus berlanjut. Ziza dan Riven berjalan melalui medan yang penuh kehancuran, pikiran mereka dipenuhi dengan kata-kata Ryo. Takdir, kekuatan, Nexus—semuanya terasa seperti benang-benang yang harus mereka rajut menjadi satu gambaran yang lebih jelas. Namun, semakin Ziza merenung, semakin dia merasa bingung. Apa yang harus dia lakukan dengan kekuatannya? Apakah dia harus terus mencari jawaban atau cukup berfokus pada membalas dendam?

Ryo yang sebelumnya memberikan mereka kata-kata yang berat, kini tampak sudah hilang, seperti disapu oleh angin yang kencang. Ziza merasa kehilangan jejak. Tapi di dalam dirinya, ada sesuatu yang lebih kuat daripada kebingungannya—keinginan untuk bertindak. Riven berjalan di sampingnya, seolah tak ada yang berubah. Keberanian Riven tidak pernah luntur, meskipun mereka sudah melalui banyak hal bersama.

Ziza menghembuskan napas dalam-dalam. Perjalanannya bukan hanya tentang mengalahkan Nexus, tetapi juga tentang menemukan dirinya. Dia tahu bahwa untuk melawan ancaman yang lebih besar, dia harus terlebih dahulu mengerti siapa dirinya. Ryo sudah memperingatkannya, dan itu adalah pesan yang kini menggema di dalam hatinya.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah desa kecil yang hampir hancur, dengan rumah-rumah yang porak-poranda dan pohon-pohon yang terbakar. Riven melihat sekeliling, kemudian memberi isyarat kepada Ziza untuk berhenti sejenak.

"Di sini, kita bisa beristirahat sebentar. Aku rasa kita butuh beberapa perlengkapan. Kita harus terus mempersiapkan diri untuk pertempuran berikutnya," kata Riven, suaranya rendah namun tegas.

Ziza mengangguk. Meski dia merasa tidak tenang, dia tahu bahwa istirahat sejenak akan memberi mereka waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Mereka berdua mencari sisa-sisa barang yang dapat digunakan di desa yang hancur itu.

Di tengah perjalanannya, Ziza tiba-tiba merasakan kekuatan yang aneh. Sesuatu yang kuat dan tidak familiar, muncul dari dalam dirinya. Semakin dia fokus pada perasaan itu, semakin jelas kekuatan itu terasa. Dalam sekejap, sebuah bayangan muncul di hadapannya, besar dan gelap. Sosok itu tidak tampak seperti sesuatu yang hidup, namun terasa penuh dengan energi yang sangat besar.

"Ziza... apa itu?" suara Riven terdengar penuh keheranan.

Ziza hanya bisa terdiam. Sosok itu mengangkat tangan besar menuju dirinya, seolah ingin menyentuhnya. Ziza merasa tertekan, tapi di sisi lain, ada rasa penasaran yang besar. Apa itu? Mengapa kekuatan itu muncul begitu tiba-tiba?

Dengan keteguhan hati, Ziza melangkah maju, mendekati sosok itu. Begitu dia mendekat, sosok itu seolah menghilang, digantikan oleh cahaya yang menyilaukan. Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di kepalanya, bukan suara yang ia kenal.

"Ziza... jangan takut... ini adalah kekuatanmu yang sejati. Jangan lari darinya."

Ziza terkejut, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti suara itu. Suara itu terasa sangat familiar, meskipun dia tidak tahu darimana asalnya.

"Siapa ini?" Ziza bertanya dalam hati, mencoba meresapi kata-kata yang baru saja dia dengar.

"Aku adalah bagian dari dirimu, kekuatan yang telah terpendam di dalam dirimu sejak lama. Aku adalah penghubung antara dunia ini dan kekuatan yang lebih besar. Kamu harus menerimaku untuk melangkah lebih jauh, Ziza. Hanya dengan bersatu dengan aku, kamu akan bisa melawan Nexus dengan kekuatan yang belum pernah kamu bayangkan sebelumnya."

Ziza merasakan kekuatan itu mengalir melalui dirinya, merasuk hingga ke tulang-tulangnya. Tubuhnya terasa ringan namun kuat, seolah ia dapat melakukan apa saja. Perasaan cemas dan kebingungannya mulai memudar, digantikan oleh rasa percaya diri yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Ziza akhirnya bertanya, dengan tekad yang baru ditemukan.

"Ikuti aku. Terima kekuatan ini, dan jalani takdirmu. Ini adalah langkah pertama untuk menghentikan Nexus dan semua ancaman lainnya."

Ziza mengangguk, merasa seolah ada sesuatu yang besar akan berubah dalam dirinya. Dia siap untuk menerima kekuatan ini, siap untuk menjalani takdirnya. Namun, satu hal masih mengganggu pikirannya: apakah dia benar-benar siap untuk menghadapinya?

Ziza berbalik dan melihat Riven, yang tampak tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Namun, dia bisa merasakan perbedaan dalam diri Ziza. Tanpa berkata sepatah kata pun, Ziza menatap Riven dan berkata, "Aku merasa seperti aku bisa menghadapinya sekarang."

Riven hanya mengangguk, meskipun dia tahu bahwa perubahan ini akan menjadi bagian dari perjalanan yang lebih panjang dan lebih berat. Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka, menuju ancaman berikutnya, dengan tekad baru yang menggebu-gebu.

"Marie kita lanjutkan. Takdir kita belum selesai," kata Ziza, suaranya penuh dengan keyakinan.

Mereka berdua melangkah maju, siap menghadapi apa yang akan datang, dengan kekuatan dan keberanian yang baru ditemukan

More Chapters