Cherreads

Chapter 9 - Chapter 9 — Shattered Reflections

Chapter 9 — Shattered Reflections

Ziza dan Riven berdiri di ujung pintu besar yang menuntun keluar dari reruntuhan kota kuno itu, rasa kebingungannya semakin dalam. Riven tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya menarik Ziza menjauh dari tempat yang berbahaya, meskipun perasaan tidak tenang menyelubungi keduanya. Ruangan itu, tempat mereka bertarung dengan Guardian, terasa seolah telah meninggalkan jejak yang dalam di jiwa Ziza. Kehilangan perasaan jelas membuatnya semakin gelisah.

"Ziza, kita harus terus bergerak. Tidak ada waktu untuk berhenti," kata Riven, matanya tetap waspada meskipun langkahnya cepat dan penuh tekad.

Ziza mengangguk pelan, tetapi hatinya merasa berat. Teriakan Mirai masih terdengar jelas di kepalanya, menciptakan keraguan yang semakin kuat. Apa yang sebenarnya dia tuju? Apakah tujuan akhir dari perjuangannya ini adalah untuk benar-benar menghancurkan Nexus? Atau adakah hal lain yang lebih besar yang harus ia hadapi? Sungguh, Ziza merasa kebingungannya semakin dalam.

Mereka melangkah keluar dari reruntuhan kota yang gelap, menuju medan yang terbuka, di mana angin panas dari ledakan besar sebelumnya terasa menerpa wajah mereka. Ruang di sekitar mereka penuh dengan kehancuran, tanah yang hancur, dan sisa-sisa dari invasi para makhluk asing yang menghancurkan dunia ini.

Ziza merasa hatinya kosong. Seluruh dunia ini sudah berubah—dan dia, seperti semuanya, telah terjebak dalam pusaran takdir yang dipenuhi kebingungan dan pertanyaan tanpa jawaban.

"Ziza, kita perlu mencari tempat berlindung dulu. Kita bisa menyusun rencana," Riven berkata. "Tempat yang aman. Kita butuh strategi untuk melawan Nexus selanjutnya."

"Aku tahu..." Ziza merespon, meskipun hatinya tidak bisa benar-benar fokus. Apa yang harus dilakukannya selanjutnya? Dia merasa terombang-ambing antara membalas dendam dan mencari kebenaran. Setiap pilihan terasa salah.

Saat mereka berjalan, suasana berubah. Ziza merasakan adanya sesuatu yang aneh, semacam perubahan yang datang begitu cepat. Ketika ia menoleh ke Riven, ia melihat ekspresi serius yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Mata Riven tertuju pada sesuatu di kejauhan.

Di sana, di tengah kehancuran yang membentang, sebuah sosok muncul. Seorang pria muda dengan rambut hitam panjang, berdiri di atas batu besar. Matanya tajam dan penuh dengan kebijaksanaan yang dalam. Dia mengenakan jubah panjang yang mengalir, tampak seperti sosok yang datang dari masa lalu.

"Dia... siapa itu?" Ziza bertanya, terkejut.

"Itu adalah Ryo. Seorang Hunter legendaris," jawab Riven, suaranya sangat rendah, seolah mencoba menjaga jarak dari kenyataan. "Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa menghentikan Nexus, tetapi setelah suatu kejadian, dia menghilang. Tidak ada yang tahu ke mana dia pergi."

Ziza merasa matanya tertuju pada pria itu, tak bisa mengalihkan pandangannya. Ryo berdiri tegak, seolah menunggu mereka mendekat. Ada sesuatu yang mengesankan dari cara dia berdiri—seolah dia tahu apa yang akan terjadi, dan dia tahu bagaimana melawannya.

"Apakah dia bisa membantu kita?" tanya Ziza, kebingungannya semakin dalam.

Riven mengangguk pelan. "Mungkin. Tapi tidak mudah. Ryo adalah sosok yang tidak mudah dijangkau."

Ziza merasakan dorongan kuat untuk mendekati pria itu, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa terhubung. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia mulai berjalan menuju Ryo, dengan langkah yang semakin cepat.

Ryo menunggu mereka dengan tenang, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam di balik tatapannya. Saat Ziza mendekat, pria itu berbicara dengan suara yang rendah namun jelas.

"Aku sudah menunggu kalian."

Kata-kata itu membuat Ziza terkejut, matanya melebar. "Kau tahu kami akan datang?"

Ryo mengangguk. "Aku sudah melihat kalian dalam visi. Takdir kalian sudah tertulis."

Ziza mencoba mencerna kata-kata itu, namun ada begitu banyak pertanyaan yang muncul. "Takdir kami? Apa yang kau maksud?"

Ryo tersenyum tipis. "Kalian berdua, Ziza dan Riven, adalah bagian dari takdir yang jauh lebih besar. Kalian tidak hanya melawan Nexus, kalian melawan sebuah sistem yang sudah terbangun sejak lama. Nexus hanya bagian dari permainan yang lebih besar."

Ziza merasa ada yang asing dalam kata-kata Ryo. Permainan yang lebih besar? Apa artinya itu? Dia ingin bertanya lebih banyak, tetapi Ryo melanjutkan.

"Kalian harus belajar untuk memahami kekuatan yang kalian miliki, dan untuk bisa melawan Nexus, kalian harus memahami siapa kalian sebenarnya," ujar Ryo, suaranya berat namun penuh makna.

Ziza merasa kebingungannya semakin mendalam. Selama ini ia telah berjuang hanya dengan satu tujuan: menghancurkan Nexus. Namun, sekarang Ryo mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih besar, yang lebih rumit, yang harus ia hadapi. Semua yang ia lakukan mungkin saja hanya bagian kecil dari teka-teki yang lebih besar.

Ryo melangkah mundur sedikit, memberi ruang bagi Ziza dan Riven untuk merenung. "Kalian harus bersiap, perjalanan kalian belum selesai. Takdir kalian akan membawa kalian ke tempat yang lebih jauh, dan hanya dengan memahami kekuatan yang ada dalam diri kalian, kalian bisa menghadapi apa yang akan datang."

Ziza menatap langit yang suram di atas mereka. Dunia yang telah berubah begitu banyak, dan dirinya yang juga tak lagi sama. Mungkinkah semuanya benar-benar ada takdir yang lebih besar dari sekadar menghancurkan Nexus?

"Aku akan melawan Nexus," kata Ziza, suaranya tegas. "Namun aku akan mencari kebenaran tentang takdirku, dan takdir kami. Aku akan temukan jawaban dari semua ini."

More Chapters